Tuesday, September 28, 2004

Pengaruh lingkungan

Para ahli berkumpul untuk melakukan penelitian. Mereka manangkap 10 monyet liar dari hutan. Kemudian mereka ditempatkan dalam sangkar yang sempit. Sebagai bahan penelitian, digantungkan pisang dalam sangkar tersebut. Para monyet liar itu saling berebut ketika melihat pisang.

Selang beberapa bulan kemudian, kemewahan itu tak ada lagi. Begitu monyet-monyet mendekati pisang, si peneliti akan menyemprotkan air agar mereka menjauhi pisang itu. Minggu pertama, masih banyak monyet yang mencoba untuk mendekati pisang. Setelah satu bulan lebih, para monyet tersebut sudah tak lagi mendekati pisang. Tertanam dibenak para monyet bahwa pisang itu dilarang untuk dijamah. Mereka akan dihukum jika mendekatinya.

Kemudian 1 dari 10 monyet tersebut ditukar dengan monyet liar yang baru ditangkap. Melihat pisang tergantung, monyet baru mencoba mengambilnya. Rupanya 9 monyet lain yang sudah lama tinggal disitu berusaha mencegahnya. Ada yang memegang tangannya, ada yang memegang kakinya. Semakin kuat si monyet baru ini berusaha mengambil pisang, semakin kuat pula penghuni lama mencegahnya. Akhirnya setelah 2 minggu berjalan monyet baru ini hanya memandangi pisang itu dengan lirih.

Dua minggu kemudian satu monyet lama dikeluarkan dari sangkar dan diganti dengan monyet liar baru. Begitu melihat pisang tergantung, monyet baru memanjat berusaha mengambilnya. Tapi kejadian diatas terulang lagi. Monyet-monyet lain berusaha menghalangi monyet baru itu. Akhirnya setelah 2 mingguan monyet baru itu pun hanya bisa melihat pisang dengan pasrah. Begitu seterusnya sampai tak ada lagi monyet penghuni awal. Walaupun begitu, para monyet itu tidak ada yang berani mendekati pisang.

Kira-kira begitulah pengaruh lingkungan terhadap kita. Kalau kita masuk ke lingkungan yang memiliki pandangan yang sama dan kuat, maka lama kelamaan kita akan seperti mereka. Jika orang yang baik dan bersih masuk ke dalam lingkungan kerja yang penuh dengan KKN, jika tidak segera hijrah maka lambat laun dia akan memiliki dan bersikap seperti mereka.

Tak ada yang abadi

Sering kita melihat kisah sukses menghiasi headline majalah dan surat kabar. Media elektronik juga tak mau kalah, mereka pun membahas dan menganalisa keberhasilan itu.

Kiat sukses yang dijalankan pada masa lalu belum tentu akan berhasil pada saat ini. Orang berubah. Oraganisasi berubah. Dunia pun ikut berubah.

Dulu, orang memotong es di kutub kemudian dibawa ke Amerika. Semua orang suka. Produk laku keras, sukses. Kemudian para pengusaha mencoba mengembangkan produksi. Pengiriman dipercepat dan kapasitas kapal diperbesar. Alat potong es dikembangkan. Sukses tahap dua terjadi.
Ternyata sukses tersebut tak berlangsung lama. Karena sudah ditemukan kulkas. Dengan kulkas, orang dapat menikmati segarnya minuman tanpa harus menunggu lama dan keluar rumah.

Contoh lain, Amazon.com diluncurkan sebagai situs toko buku maya. Barnes & Nobel, toko buku sebenarnya, terpuruk.
Kemudian Barnes & Nobel meluncurkan situs toko buku. Amazon terpuruk. Karena Barnes & Nobel memiliki toko online dan offline, sehingga bisa menekan biaya pengiriman.
Amazon menjual musik, CDNOW terpuruk.
eBay diluncurkan, Amazon terpuruk.
Amazon menambahkan fitur lelang, eBay terpuruk.

Begitulah. Inovasi dan improvisasi harus dilakukan terus menerus untuk terus berada diatas.

Inti dari semuanya adalah tak ada yang abadi. Yang abadi adalah perubahan. Kesuksesan akan berakhir dengan kegagalan jika tidak pandai-pandai melakukan inovasi dan improvisasi. Kegagalan akan menjadi sebuah kesuksesan jika selalu menyikapi perubahan dengan bijak.


Get rich quickly

Get rich quickly. Kita sering dengar slogan itu. Beragam sikap dan komentar orang tentang slogan tersebut. Dari yang memandang sinis sampai ada yang menjadikannya motivasi dalam hidup. Dari yang berkomentar, “Mana ada yang kaya cepat kalo bukan korupsi” atau, “Pake dukun kali” sampai ada yang mengomentarinya secara positif, “Tidak ada yang tak mungkin kalo kita punya kemauan”. Banyak cerita sukses dan duka yang berkaitan dengan slogan diatas. Sekarang ini memang banyak orang yang ingin kaya dengan cepat tanpa harus bekerja keras.

Mengutip dari buku “Future of E-commerce” yang ditulis oleh Sayling Wen, toserba Amerika, Sears, berdiri lebih dari 100 tahun untuk mencapai US$20 milyar. Kelompok toserba terbesar di dunia, Wal-Mart, dibentuk tahun 1980, membutuhkan 20 tahun untuk mencapai nilai pasar US$20 milyar. Sedangkan Yahoo hanya dalam waktu 5 tahun sudah bernilai US$70 milyar.

Saya berusaha menerjemahkan slogan get rich quickly dari sudut pandang saya yang dangkal. Dari data diatas saya berkesimpulan bahwa get rich quickly bukan hanya sekedar slogan. Hal itu adalah sesuatu yang mungkin terjadi. Saya mencoba menganalogikan kutipan diatas secara sederhana dengan usaha jasa transportasi. Tanpa bermaksud merendahkan, membandingkan antara tukang becak, tukang ojek dan angkot. Tukang becak dalam sehari mungkin hanya dapat mengumpulkan maksimum Rp. 50.000/hari. Dia tidak mungkin lagi meningkatkan penghasilannya karena daya angkut dan tenaganya terbatas. Tukang ojek, karena menggunakan motor maka tenaganya tak terlalu terkuras dan mobilitasnya lebih cepat dibandingkankan dengan becak sehingga penghasilannya bisa lebih besar dibandingkan becak. Sekarang angkot, mobil memiliki kapasitas angkut yang lebih besar yang otomatis penghasilannya juga akan lebih besar. Dengan menggunakan teknologi, kita dapat melakukan pekerjaan menjadi lebih efisien.

Dulu, untuk mengirim kabar orang harus menunggu berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Sekarang dengan adanya teknologi (telepon, sms, dan email) kita dapat menerima kabar dalam hitung menit atau bahkan detik. Bayangkan kalau yang dikirim adalah informasi atau data. Berarti peluang bisnis dan keputusan strategis dapat diambil dengan cepat. Sehingga pertumbuhan usaha akan berkembang dengan cepat pula.

Jadi get rich quickly sangat mungkin dilakukan mengingat sarana untuk itu sudah ada. Kata quickly yang sering membuat orang tergiur. Terpikir dibenaknya bahwa seseorang dapat kaya dengan cepat dan mudah. Sebenarnya pengertiannya adalah perbandingan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai atau posisi tertentu relatif lebih cepat dibandingkan dulu.

Akan tetapi pandangan bahwa get rich quickly adalah pekerjaan yang mudah itu yang harus dihilangkan dari benak kita. Tetap segala sesuatunya harus dikerjakan dengan kerja keras dan serius. Seperti contoh tukang becak, ojek dan angkot. Untuk menjadi tukang becak, ketrampilan yang diperlukan relatif lebih mudah dibandingkan dengan ojek. Begitu juga jika ojek dibandingkan dengan angkot. Begitu juga dengan resikonya.

So….